Daftar Isi [Tampil]
seni rupa | Seni rupa mancanegara yang banyak memberikan pengaruh penting terhadap seni rupa Indonesia adalah seni rupa India, Cina dan Eropa. Pengaruh mereka hingga kini masih nampak kuat keberadaannya pada perkembangan seni di Indonesia. Selain itu seni dan kebudayaan besar di dunia ada beberapa yang perlu diketahui antara lain seni dan budaya Mesir, Yunani, Romawi, Jepang, dan Maya di Amerika.
1. Mesir
Seni rupa Mesir Kuno merupakan hasil kebudayaan yang sangat tua dan termasyur di dunia karena peninggalan berupa piramid dan sphink hingga saat ini masih menjadi misteri bagaimana manusia 2700 tahun sebelum Masehi dapat membuat bangunan dengan menggunakan teknologi yang belum jelas diketahui oleh orang modern. Selain itu peninggalan seni rupanya juga sangat mengagumkan seperti lukisan, patung, dan relief. Gagasan pembangunan piramid oleh masyarakat Mesir kuno adalah untuk menyimpan jenazah raja yang meninggal dunia.
Hal ini berkaitan dengan kepercayaan mereka bahwa raja adalah titisan dewa sehingga ketika meninggal dunia agar arwahnya tetap hidup di alam akhirat, badan wadagnya harus dipelihara agar tidak rusak dengan cara dibalsem dan dibungkus dengan kain putih, kemudian diletakkan dalam peti batu tepat di tengah-tengah piramid. Selain itu tubuh, terutamabagian kepalanya, dibuat patung dan diletakkan di atas peti jenazahnya. Beberapa ciri seni rupa Mesir Kuno adalah penyederhanaan pada bentuk patung manusia, tidak mengenal perspektif pada lukisannya. Ketika menggambarkan adegan tokoh-tokohnya terlihat dari samping, tokoh penting digambarkan lebih besar. Relief-reliefnya pipih dan timbul, terkadang diberi warna.
a. Kepercayaan Hidup Setelah Mati
Mengawetkan jenazah merupakan kebutuhan berkaitan dengan ke-percayaan hidup setelah kematian merupakan kepercayaan penting pada zaman Mesir Kuno, mereka menggangap roh orang meninggal akan kembali menggunakan raganya suatu saat nati. Pada zaman 3000 Sebelum Masehi saat dimulainya zaman Pharaoh jenazah ditanam dalam kuburan di pasir dengan beberapa sesaji yang sederhana. Panas dan kekeringan yang bersifat alami mengawetkannya dengan sedikit bantuan pembalseman. Selanjutnya seiring perkembangan masyarakat, cara penguburan menjadi lebih meningkat kualitasnya, karena dilakukan perawatan terhadap jenazah untuk melindunginya dari kehancuran.
Jenazah dibuat mumi dibungkus kain dengan pola dekoratif. Bagian muka biasanya ditutup dengan topeng dari bahan semacam tanah liat atau dari bahan logam menyerupai orangnya yang meninggal. Bagian organ dalam dipisahkan dari tubuhnya dan ditempatkan pada tempat sejenis tabung dari tanah liat atau batu. Wadah ini disebut Canopic Jars ditutupi dengan empat bentuk yaitu: kepala manu-sia, kera baboon, elang, dan serigala sebagai lambang empat roh pe-lindung yang disebut Empat Putra Horus. Dalam periode tertentu hiasan pada dinding kuburan, peralatan yang digunakan untuk roh disertakan dalam pemakaman. Misalnya perahu adalah untuk menyeberangi air di akhirat.
b. Kuburan Mesir
Banyak yang diketahui tentang hidup dan seni pada zaman Mesir Kuno dapat dijumpai pada kuburan-kuburan yang dipersiapkan untuk melindungi jenazah orang yang meninggal. Masyarakat Mesir pada waktu itu percaya bahwa kehidupan yang akan datang harus dipersiapkan dan dilengkapi secara detail, sebagai hasilnya kuburan dihiasi dengan penggambaran orang yang meninggal (gb. 76b) seperti kegiatan selama hidupnya dan sesaji yang dibutuhkan oleh roh untuk bekal kehidupannya di akhirat yang terdiri dari berbagai jenis minuman dan makanan dan pewarna mata untuk melindunginya dari terpaan sinar matahari Mesir yang panas. Oleh karena roh hidup dalam dunia dewa maka ada standar sesaji yang dipersembahakan yakni yang serba baik dan suci sesuai dengan apa dipersembahkan kepada para dewa.
c. Binatang Suci
Dalam kepercayaan agama Mesir Kuno, para dewa diasosiasikan dengan aspek alam dan kosmos, khususnya yang berhubungan dengan geografi secara lokal atau episode pengalaman hidup dan mati manusia. Misalnya Osiris adalah dewa tumbuh-tumbuhan dan fecondity adalah dewa yang sangat penting dalam kehidupan setelah kematian. Istrinya Isis adalah kepala mourner dan juga sebagai image keibuan. Beberapa dewa memiliki binatang diasosiasikan dengan binatang itu dan beberapa digambarkan dengan sifat binatang. Dewa Thot yang berkepala ibis sebagai contohnya adalah dewa sastra dan tulisan juga sebagai dewa bulan. Di antara sekian banyak binatang, kucing bagi masyarakat Mesir Kuno merupakan binatang suci.
2. Yunani
Seni Yunani Kuno, seperti halnya seni zaman Mesir Kuno, juga merupakan hasil kebudayaan manusia yang sangat tua usianya. Keberadaaanya diperkirakan telah ada pada abad 7-5 sebelum Masehi. Kebudayaan Yunani dan Romawi Kuno merupakan asal muasal kebudayaan Eropa yang ada saat ini. Kesenian Yunani Kuno dikenal melalui peninggalan arsitekturnya yang indah dan megah serta patung-patung realis dengan bentuk anatomi sangat sempurna. Dalam seni rupa maupun arsitektur hal penting yang menjadi peninggalan zaman Yunani Kuno adalah tentang proporsi bentuk dan pembagian ruang yang disebut ’Proporsi Emas’ atau Golden Section: bahwa perbandingan bagian yang pendek dengan bagian yang panjang adalah 1 : 1,618. Proporsi ini juga dijumpai di alam, yakni pada pertumbuhan pepohonan dan pada pertumbuhan kulit kerang dan juga pada manusia. Proporsi ini hampir diterapkan dalam setiap karya seni rupa dan arsitektur.
Seni Yunani Kuno dapat dibedakan menjadi beberapa periode, yakni Geometric, Archaic, Classical dan Hellenistic. Periode Geometric dimulai sekitar 1000 tahun sebelum Masehi. Pada masa ini pot dihiasi dengan motif abstrak geometris dan diakhiri dengan motif-motif ketimuran seperti teratai, bentuk singa, sphinx dan ornamen berkembang semakin halus. Periode Archaic ditandai dengan produksi patung dan bentuk berwarna hitam pada pot. Kekuatan niaga didominasi oleh dua kelompok etnis yakni Corinth dan Athen. Produksi pot keramik mereka dijual diseluruh daerah di Yunani dan menyebar hingga Spanyol, Ukraina dan Italia dan mengalahkan produksi daerah lainnya. Warna-warna keramik pada masa ini dibatasi oleh teknik pembakarannya yang hanya mendapatkan warna hitam, merah, putih, dan kuning.
Pada seni patungnya sangat dipengaruhi oleh patung Romawi dan menjadi model patung klasik di kawasan Eropa. Dalam hal bahan dipengaruhi oleh Mesir dan Mesopotamia yang menggunakan batu tetapi bentuknya lebih dinamis dibanding patung Mesir. Ada tiga gaya dalam pengambaran manusia dalam patung yaitu: patung telanjang berdiri, patung berdiri dengan draperi pada pakaiannya, dan patung duduk. Semua menggambarkan tentang pemahaman kesempurnaan dengan ketepatan anatomi bentuk tubuh manusia. Hal ini menjadi subyek yang sangat pokok dalam kesenian Yunani, melihat bentuk tubuh dewa sama dengan bentuk tubuh manusia, tidak ada perbedaan antara seni sakral dan seni sekuler. Oleh karenanya, tubuh manusia dipandang dari keduanya yaitu suci dan duniawi. Hingga akhirnya masyarakat melarang penggambaran tubuh wanita telanjang pada abad IV sebelum Masehi yang menyebabkannya menjadi kurang penting dalam perkembangan seni patung Yunani.
Patung-patung yang dibuat bukan semata untuk keperluan artistik, tetapi pembuatannya banyak didasari dari pesanan para bangsawan dan negara yang digunakan sebagai monumen publik, sebagai persembahan di tempat suci keagamaan atau sebagai tanda pada kuburan. Patung-patung tersebut tidak semuanya menggambarkan tokoh individual tetapi lebih kepada nilai-nilai keindahan, keibaan, penghormatan, dan pengorbanan. Nilai-nilai tersebut selalu digambarkan dalam bentuk tubuh pemuda telanjang (kouros/kouroi) walaupun ditempatkan pada ku-buran orang tua. Patung telanjang pemuda (kouros/kouroi) gayanya hamper sama. Gradasi dalam status sosial digambarkan dengan ukuran besar kecilnya dibanding nilai artistiknya.
Pada zaman klasik (500 tahun sebelum Masehi) terjadi perubahan besar dalam seni patung Yunani karena diperkenalkannya konsep demokrasi yang mengakhiri kekuasaan bangsawan yang diasosiasikan oleh patung kouroi. Pada masa ini terjadi perubahan gaya dan fungsi patung, teknik menggambarkan posenya berkembang menjadi lebih naturalistik dengan wujud patung manusia realistik. Seni patung pada masa ini penggunaannya diperluas yaitu digunakan sebagai relief pada tempat-tempat suci dan pemakaman. Selain itu para filusuf dan karyanya juga mewarnai pemikiran orang di seluruh dunia hingga saat ini, antara lain karya Plato, dan Aristoteles. Plato misalnya, menganggap bahwa lukisan merupakan tiruan dari tiruan, karena apabila pelukis melukis meja, meja tersebut sebenarnya merupakan tiruan dari dunia ide pembuatnya. Jadi menurut pandangan ini pelukis yang melukiskan benda buatan manusia adalah meniru tiruan dari pembuat awalnya.
3. Romawi
Seni dan budaya Eropa selain didasari oleh kebudayaan Yunani Kuno juga didasari oleh kebudayaan Romawi yang terkenal karena kerajaannya sangat agresif dalam melebarkan wilayah kekuasaannya. Seni budaya Romawi pada awalnya sangat mirip dengan seni Etruscan, oleh karenanya memiliki hubungan yang dekat dengan seni budaya Yunani. Seni budaya Romawi menemukan ciri khasnya bersamaan dengan perkembangan sistem pemerintahannya yang bersifat republic sekitar 500 tahun sebelum masehi. Masyarakat Romawi sangat senang dengan seni potret, yaitu penggambaran orang persis seperti aslinya terutama orang terkenal. Sebaliknya masyarakat Yunani lebih bersifat idealis yakni menggambarkan manusia secantik mungkin dan seatletis mungkin bagi laki-laki. Namun masyarakat Romawi lebih menyukai yang relistik.
Masyarakat Romawi nampaknya memiliki sistem kepercayaan melalui seni rupanya, bahwa orang yang meninggal dunia dibuat image-nya seindah mungkin agar arwahnya bahagia sehingga tidak mengganggu orang yang masih hidup. Oleh karena itu, selama Romawi berbentuk republik, banyak sekali karya seni berupa potret lukisan maupun patung. Sekitar 200 tahun sebelum masehi Romawi mulai menduduki Yunani, dan hal ini membuat perubahan dalam gaya seninya. Ketika pasukan Romawi memasuki Yunani mereka banyak melihat karya seni di tempat-tempat pemujaan, di kuburan, di tempat-tempat umum, dan di perumahan penduduk. Hal ini mempengaruhi pikiran orang Romawi menjadi lebih ramah dari pada watak aslinya. Akhirnya, apapun yang dikerjakan oleh orang Yunani, dalam berkesenian orang Romawi ingin memilikinya, mereka membawa pulang ke Romawi banyak sekali karya seni bangsa Yunani. Mereka juga membawa pematung Yunani untuk membuat karya seni di Romawi. Perkembangan kesenian Romawi hingga abad ke 2 Masehi masih meneruskan tradisi potret sebagai pengaruh Yunani.
Seniman Romawi menggunakan seni sebagai propaganda kekaisaran dan juga ada banyak lukisan dinding yang menghiasi perumahan. Lukisan dinding pada zaman ini diklasifikasikan menjadi empat macam tipe, pertama berupa fresco pada dinding yang menyerupai panel marmer. Tipe kedua, seniman mulai menambah sesuatu pada imitasi marmer tersebut pada lukisan dindingnya berupa buah-buahan, bunga, dan burung. Tipe ketiga obyek lukisan berkembang menjadi suasana lengkap pada seluruh dinding seperti orang bercakap-cakap duduk di kursi seakan ada ruang tiga dimensi selain ruang yang sebenarnya. Tipe keempat adalah variasi kedaerahan yang ada di ba-wah kekaisaran Roma yang meliputi seluruh Eropa. Setiap daerah me-ngembangkan keseniannya dengan menambahkan gagasan baru berasal dari Romawi.
Pada abad ketiga sesudah Masehi ada beberapa gagasan baru masuk kepada seni budaya Romawi. Pertama, akibat perang dengan Jerman, dalam karya seninya ditambahkan adegan ‘berdarah’ dalam ungkapan keseniannya yang menggambarkan kepala terpenggal, pemerkosaan atau penderitaan lainnya. Kedua, dalam hal keteknikan membuat patung banyak menggunakan drill dibanding pahat seba-gaimana biasanya. Hal ini disebabkan karena teknik drill lebih mudah dan cepat untuk membuat patung dan memberikan tampilan yang berbeda dibanding dengan teknik pahat.
Ketiga, perkembangan tema kesenian banyak menggambarkan tentang roh, mungkin karena banyak mendapat pengaruh Agama Kristen. Hal ini dapat dilihat dalam penggambaran orang lebih banyak melihat ke atas, maksudnya ke sorga atau ke dewa, akibatnya seniman kurang menaruh perhatian dalam menggarap bagian badan karena dianggap kurang penting, kadang lengan dan kaki nampak terlalu pendek dan kepala terlalu besar. Fenomena ini berlanjut hingga masa jatuhnya kekaisaran Romawi pada abad keempat Masehi. Selain kesenian, kebudayaan Romawi juga banyak membangun jalan dari Roma ke daerah jajahannya, membangun tempat pertunjukan, tempat ibadah, mereka menemukan teknik membuat kubah, teknik membuat semen dan beton.